Dia bertanya. Aku ini anak siapa?
Aku tak tahu harus menjawab bagaimana. Bapak dan ibu seperti bukan bapak dan ibuku.
Dia bertanya. Aku sekolah di mana?
Aku tak tahu harus menjawab apa, karena aku tidak pernah mau sekolah.
Dia bertanya. Rumahku di mana?
Aku tak tahu, apakah rumah yang aku tinggali ini rumahku, atau rumah sakit jiwa millenium.
Dia bertanya. Aku ini siapa?
Aku sendiri tak tahu siapa aku. Aku memang punya nama. Tapi aku tidak pernah tahu siapa aku.
Dia bertanya. Bagaimana hidupku?
Aku tidak tahu apa itu hidup, karena aku tidak pernah bisa menikmati hidupku.
Hidupku rasanya dirampas orang lain.
Dia bertanya. Apa aku punya rencana?
Aku sampai lupa tidak memikirkan itu. Rencanaku tidak diberi semangat. Rencanaku tidak direstui.
Dia bertanya. Apa aku cinta padanya?
Aku sendiri tidak tahu siapa yang kucintai. Setiap orang yang kucintai selalu membenciku, memanfaatkan aku, dan menghianatiku. Aku tidak tahu cinta itu bagaimana.
Dia bertanya. Di mana teman-temanmu?
Aku tidak tahu. Begitu bertemu saja mereka langsung menilaiku yang tidak-tidak dan menganggap aku ini aneh. Sepertinya aku ini benar-benar kriminal.
Dia bertanya. Apa kau menyerah?
Aku tidak tahu. Aku benar-benar tidak tahu, apakah aku menyerah atau tidak. Yang jelas, aku capai. Capai sekali menghadapi mereka orang-orang asing.
Dia bertanya. Apa aku sudah gila?
Ya! Aku gila! Hahaha..!! Hahaha..!!
Dari sepuluh pertanyaan di atas, ternyata hanya pertanyaan terakhir yang bisa kujawab dengan tegas dan senang.
Mereka tidak bisa menolongku.
Lalu Tuhan?
Di mana pertolongan Tuhan?
Bukannya aku sudah tidak sabar lagi menunggu pertolongan dari Tuhan.
Tapi aku sudah tidak kuat.
Aku sudah gila.
Sekarang aku benar-benar sudah 100% gila.
Edan.
Tidak waras.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment